Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Friday, August 24, 2007

Bangkit Dari Keterpurukan


"Jika Anda mau menerima kegagalan dan belajar darinya, jika Anda mau menganggap kegagalan merupakan sebuah karunia yg tersembunyi dan bangkit kembali, maka Anda memiliki potensi menggunakan salah satu sumber kekuatan paling hebat untuk meraih kesuksesan."~ Joseph Sugarman

Kehidupan kita tak akan pernah berjalan semulus yang kita pikirkan. Berbagai macam tantangan, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang-orang yang dicintai, disabotase, bangkrut dan lain sebagainya, bisa saja menyeret kita dalam keterpurukan. Bila kita melihat ke sekeliling, begitu banyak orang-orang yang tenggelam dalam keterpurukan dan terjerat cukup lama dalam kegelapan, misalnya menjadi pecandu narkoba, budak hutang dan kemiskinan, korupsi atau melakukan tindak kejahatan lainnya lalu dipenjarakan, dan bentuk kemalangan lainnya.

Bila kita cukup cerdas dalam menghadapi tantangan kehidupan, bermacam bentuk benturan keras seperti itu seharusnya tidak membuat kita semakin terpuruk. Tantangan kehidupan adalah kesempatan untuk introspeksi diri. Benturan keras dalam kehidupan akan menjadikan kita lebih mulia, jika kita segera sadar atas kekeliruan yang telah dilakukan, kelemahan yang harus diperbaiki, kembali menyusun dan melaksanakan rencana dengan lebih baik.

"Remember the two benefits of failure. First, if you do fail, you learn what doesn't work; and second, the failure gives you the opportunity to try new approach. - Ingatlah 2 keuntungan yang kita peroleh dari kegagalan. Yang pertama adalah mempelajari apa yang tidak berjalan dengan baik; dan kedua adalah menjadi kesempatan bagi kita untuk mencoba pendekatan baru," kata Roger Van Oech.

Menurut Roger, tantangan kehidupan adalah bagian dari perjalanan hidup supaya kita menjadi lebih cerdas menghadapi tantangan kehidupan. Tokoh-tokoh terkenal dan sukses, misalnya Walt Disney, Soichiro Honda, Thomas Edison, Wright Bros, Fred Smith, Mohamad Ali, Henry Ford, Bill Gates, Steve Jobs, Oprah Winfrey, Christoper Columbus, Anthony Robins, dan lain sebagainya, sudah pernah mengalami keras dan sakitnya kehidupan. Tetapi semua pengalaman pahit tersebut justru membimbing mereka ke gerbang kesuksesan.

Kesuksesan mereka bukan semata-mata dipengaruhi oleh faktor pendidikan ataupun modal, apalagi faktor kebetulan. Mereka berhasil lantaran kekuatan dan kecerdasan mereka menghadapi tantangan kehidupan. Menurut Paul G. Stoltz, Phd, dalam bukunya berjudul Adversity Quotient (AQ), ada tiga tipe manusia dalam analogi mendaki gunung:
1. Quitters - orang-orang yang mudah menyerah, sehingga kehidupan mereka semakin terpuruk dalam kemalangan.
2. Campers - orang-orang yang mudah puas dengan apa yang sudah dicapai, sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja.
3. Climbers - orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif dan terus bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang mereka inginkan.

Contoh dari tipe orang ke tiga adalah orang-orang yang sukses di dunia ini. Selalu memanfaatkan kesempatan untuk maju dan pulih dari keterpurukan adalah ciri khas mereka yang utama. Tak mengherankan jika mereka melalui setiap rintangan dengan tabah, berjuang keras, dan mental yang kuat.

Tantangan kehidupan memang tidak pernah ada habisnya. Tetapi selama kita terus berusaha memperbaiki diri dan strategi ditambah dengan kesadaran spiritual yang lebih dalam, maka kita akan dapat mencapai tujuan tertinggi. "Our greatest glory is not in never falling, but in rising everytime we fail. - Kejayaan tertinggi bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita selalu bangkit lagi ketika gagal," cetus Confucius.

Oleh sebab itu, perbaiki diri terus-menerus, jangan menunggu sampai kemalangan itu benar-benar datang. Mantapkan keyakinan ketika membuat perencanaan dan menetapkan target yang memungkinkan tercapai. Kemudian langsung melakukan langkah-langkah untuk memastikan hasil maksimal, dengan penuh komitmen dan kerja keras, kecintaan dan semangat. Dengan demikian kita akan memiliki kepekaan sekaligus keseimbangan disaat harus menghadapi tantangan kehidupan yang cukup keras.

Mulai detik ini tanyakanlah pada diri sendiri seberapa besar pengaruh positif yang telah Anda dapatkan atas berbagai situasi yang Anda alami? Pastikan tantangan hidup selama ini membawa Anda pada kedewasaan, kebijaksanaan dan kualitas spiritual yang lebih baik. Dengan demikian Anda akan dapat menilai apakah Anda sudah mampu bangkit dan menjadi manusia yang lebih mulia atau belum.[aho]

Sumber:
Bangkit Dari Keterpurukan oleh Andrew Ho, motivator, pengusaha, dan penulis buku-buku bestseller.

[+/-] Selengkapnya...

Friday, August 10, 2007

ASURANSI PRANIKAH, Perlu Nggak Sih ?


Anda berencana menikah dalam waktu dekat? Kalau begitu, selamat ya. Jika Anda berniat menggelar pest pernikahan, persiapkanlah sebaik mungkin. Ingat lho, tak hanya biaya pest yang perlu dipersiapkan. Di luar itu, perlu pula disiapkan dana untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi menjelang pernikahan.

Perencana keuangan, Mike Rini Sutikno, menjelaskan, ada tiga hal yang perlu diantisipasi menjelang pernikahan. Pertama, jika salah satu pasangan tiba-tiba sakit dan membutuhkan dana besar untuk perawatan. Kalau yang sakit memiliki asuransi kesehatan atau ditanggung perusahaan tempat dia bekerja, mungkin tidak ada masalah. Tapi, apa jadinya jika tidak ada yang menanggung? Bisa-bisa anggaran pernikahan terkuras untuk biaya pengobatan.

”Antisipiasi seperti ini yang harus dipikrikan oleh masing-masing calon mempelai. Karena itu, jika calon pengantin belum memiliki asuransi kesehatan, ikut dulu asuransi kesehatan, ” Mike menyarankan.

Antisipasi lainnya adalah mengasuransikan rumah beserta harta bendanya yang akan digunakan sebagai fasilitas pernikahan. Hal ini penting, lanjut konsultan dari Biro Perencanaan Keuangan Mike & Asociates ini, untuk mengantisipasi risiko kebakaran, kehilangan barang, dan musibah lainnya. Misalkan, sebulan menjelang pernikahan, rumah tempat acara pernikahan bakal digelar, mengalami kebakaran. Nah, kalau sudah diasuransikan, rumah bisa segera diperbaiki. Bisa juga Anda menyewa gedung, sedangkan dananya bisa digunakan dana pribadi atau meminjam pihak lain dul. ”Tidak masalah karena nanti akan diganti dari pembayaran asuransi. Tapi, kalau tidak ada yang menanggung, pesta pernikahan bisa gagal karena musibah itu.”

Tak kalah pentingnya adalah mengasuransikan kendaraan yang bakal digunakan selama proses menjelang pernikahan. Sehingga jika tiba-tiba kendaraan tersebut rusak karena kecelakaan atau hilang dicuri orang. Anda bisa segera mendapatkan gantinya tanpa harus ’merecoki’ dana untuk pernikahan.

Ketiga asuransi ini – kesehatan, rumah, harta benda, dan kendaraan – didaftarkan untuk jangka waktu pendek, paling tidak setahun sebelum pernikahan. ”Setelah menikah, asuransi ini bisa direvisi sesuai kebutuhan pasangan.”

Asuransi Jiwa
Bagaimana dengan asuransi jiwa ? Sebelum pernikahan, menurut Mike asuransi jiwa belum diperlukan karena masing-masing masih berstatus calon, sehingga belum ada tanggung jawab. Kalau berminat, Mike menganjurkan, masing-masing memiliki asuransi pensiun. Sebab asuransi ini merupakan tabungan masa depan setelah memasuki usia pensiun. ”Asuransi pensiun tidak mengenal apakah sudah menikah atau belum, laki-laki atau perempuan. Ketika kita sudah memasuki usia pensiun, misalkan 55 tahun, gaji sudah tidak ada sedangkan biaya hidup jalan terus. Saat itulah asuransi pensiun dicairkan, sehingga kita tidak pusing.” jelas Mike.

Bagi perempuan, lanjut Mike, asuransi dana pensiun memiliki manfaat ganda. Tak sekedar jaminan keuangan di hari tua, tapi juga agar di masa depan tidak terlalu tergantung pada suami. Langkah ini pun sebagai antisipasi jika ditengah pernikahan terjadi sesuatu, semisal perceraian.
”Dengan adanya dana pensiun, secara finansial kaum perempuan tidak merasa waswas lagi.”

Setelah menikah dan sebuah keluarga terbentuk, asuransi bisa ditambah sesuai kebutuhan. Namun, tak perlu semua diikuti. Yang pasti, kalau sudah memiliki anak, harus ADA asuransi dana pendidikan anak. ”Kalau semua asuransi diikuti, kebutuhan lain bisa terbengkalai.”

Lalu, berapa banyak dana yang mesti disisihkan setiap bulannya untuk membayar asuransi ? Tentang hal ini, Mike memberikan gambaran, yakni 10-15 persen dari total gaji.


Dikutip dari Harian Republika, Juli 2007
[ InTips Keuangan ]

[+/-] Selengkapnya...

Thursday, August 9, 2007

Financial Freedom ala TUKANG BECAK vs Howard Schultz (pemilik Starbucks)

THINK OUT OF THE BOX. Perbedaannya akan bagaikan langit dan bumi.Berapa besar space yang ada "di dalam box" tsb ? Relatif

Berapa besar space yang ada "di luar box" tsb ? WOW! No Limit

Coba kita lupakan segenap teori canggih dunia marketing (ttg brandequity, market share, dst,dst). Sementara banyak orang yang masih harus bergelut dalam kesibukan marketing setiap hari setelah 10tahun bekerja, mari kita simak kisah ilustrasi seorang TUKANG BECAK tamatan SD yang sudah mencapai "financial freedom" setelah bekerja hanya lebih kurang 5 tahun saja, dgn "passive income" Rp. 9juta/bulan !!!

Becak ke-1 :
==> Seorang tukang becak memiliki becak motor dengan penghasilan bersih Rp. 60,000/hari (bekerja dari pagi hingga larut malam). Biaya hidupnya sekitar Rp. 30,000/hari. Lalu ia berjuang utk konsisten menabung Rp. 30,000/hari. Dalam tempo 400 hari, ia mampu membeli becak kedua yang harganya Rp. 12 juta/unit.

Becak Ke-2 :
==> Ia sewakan becak keduanya dengan tarif Rp. 30,000/hari. Sementara ia tetap menarik becak pertamanya. Sekarang ia bisa menabung Rp. 60,000/hari. Dalam tempo 200 hari, ia mampu membeli becak ketiga.

Becak Ke-3 :
==> Ia sewakan becak ketiganya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 90,000/hari. Dalam tempo 134 hari, ia membeli becak ke-4.


Becak Ke-4 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.120,000/hari. Dalam tempo 100 hari, ia membeli becak baru lagi.


Becak Ke-5 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.150,000/hari. Dalam tempo 80 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-6 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.180,000/hari. Dalam tempo 67 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-7 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.210,000/hari. Dalam tempo 57 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-8 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.240,000/hari. Dalam tempo 50 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-9 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.270,000/hari. Dalam tempo 45 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-10 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.300,000/hari. Dalam tempo 40 hari, ia membeli becak baru lagi.
Setelah becak ke-10, ia berhenti menarik becak. Ia sewakan becak pertamanya ke orang lain. Ia lalu menggaji seorang "mandor" untuk mengurusi ke-10 becaknya.
Ia PENSIUN.
Kini ia menikmati penghasilanRp. 300,000/hari, atau Rp. 9 juta/bulan (sebelum potong gaji sang mandor).

Jika ditotal semua usahanya tsb hanya dicapai dalam tempo 3,2 TAHUN SAJA.

===================
Tentu saja ini cuma sebuah ilustrasi, dengan menarik garis lurus dari sebuah bisnis. Katakanlah dalam tempo 10 tahun (bukan 3,2 tahun seperti dalam ilustrasi), sang TUKANG BECAK mampu mencapainya. Ini LOGIS, dan bisa terjadi.

Berapa banyak TUKANG BECAK di dunia yang seperti itu ?
Mungkin 1 banding 10 juta. Tetapi ADA.

Berapa banyak TUKANG BECAK di dunia yang menjadi tukang becak seumurhidupnya dan terus hidup susah ? Buanyyaaak sekali.

=====================
Sekarang bandingkan dengan banyak profesional tamatan S1 ataupun S2, atau bandingkan dengan para pengusaha yang masih harus bergelut dengan kesibukan mencari nafkah setiap hari. Kontras sekali bukan....

THINK OUT OF THE BOX.
Perbedaannya akan bagaikan langit dan bumi.Kunci kesuksesannya terletak pada "duplikasi".

Ini rahasianya : "Jalankan bisnis yang mudah diduplikasikan, dan tidak perlu keterlibatan kita secara penuh dalam bisnis tsb".

Cth : ikuti bisnis franchise yang berpotensi, beli asset lalu sewakan asset tsb,dst.

=============================
Mari berhitung matematika ...
Jika Anda diberikan 2 option kontrak kerja berikut ini, mana yangAnda pilih ?
1). Kontrak kerja 2 tahun, tidak dpt dibatalkan, gaji/bulan Rp. 100juta.
2). Kontrak kerja 2 tahun, tidak dpt dibatalkan, gaji dibulan pertama cuma Rp. 1000, tapi berlipat dua setiap bulan.

Pilih mana ????

Jawabannya :
Option I : Gaji Rp. 100 juta/bln x 24 bln = Rp. 2,4 Milyar
Option II :
1. 1000 13. 4 juta
2. 2000 14. 8 juta
3. 4000 15. 16 juta
4. 8000 16. 32 juta
5. 16,000 17. 64 juta
6. 32,000 18. 128 juta
7. 64,000 19. 256 juta
8. 128,000 20. 512 juta
9. 256,000 21. 1024 juta
10. 512,000 22. 2048 juta
11. 1024,000 23. 4096 juta
12. 2 juta 24. 8192 juta atau (8,192 Milyar)

Jika Anda pilih option I, Anda kecolongan hampir 6 MILYAR !!!
Kekuatan duplikasi ini bahkan dikagumi oleh Albert Eintein, ilmuwan paling cemerlang penemu bom atom, ia mengatakan "Kekuatan duplikasi adalah keajaiban dunia ke delapan".

=======================
FINANCIAL FREEDOM ALA HOWARD SCHULTZ (pemilik Starbucks) ?
Bayangkan seorang jenius marketing sekaliber Schultz ( ia baru dijuluki jenius marketer setelah sukses, tetapi saat pertama kali menawarkan ide bisnis tsb, ia diteriakin GILA dan ditolak ratusan orang), yang mampu mengubah produk komoditas (kopi) menjadi produk eksklusif (customer-experience).

Ia pandai pula mendapatkan dana segar nan murah melalui GO PUBLIC. Ia pandai pula memanfaatkan media sebagai "public relation" untuk mempromosikan Starbucks. Ia pandai pula membangun partnership dgn perusahaan global spt Pepsi, dst.
Hasilnya LUAR BIASA.
Dengan kekuatan "KONSEP DUPLIKASI", kedai kopi pertama yang dibangun Schultz tahun 1985, menjelma menjadi lebihdari 10,000 toko di tahun 2006, tersebar di seluruh dunia. Dan terus berlipat GANDA setiap tahun sampai sekarang.....Schultz lalu memutuskan untuk PENSIUN.

Di tahun 2000, ia menggaji seorang "mandor" utk mengurus jaringan Starbucks nya di seluruh dunia. Tentu saja sang mandor disebut dengan istilah keren "CEO"bernama Orin C. Smith.

Baik sang TUKANG BECAK maupun SCHULTZ sama2 mencapai "financial freedom".
Yang satu pencapaiannya hanya kelas regional, yang satu lagi kelas dunia......
Sedangkan milyaran penduduk dunia tidak pernah mencapai "financial freedom", walaupun hanya di kelas regional saja....

==================
Bila sang TUKANG BECAK tamatan SD mampu melakukannya, seorang tamatan S1 pasti bisa melakukannya dengan hasil 3 kali kuadrat lebih banyak (SD ke S1 kan ada 3 tahap, yakni SMP, SMU, baru Universitas). Mari kita ambil hikmahnya. Seandainya salah satu dari kita bisa memanfaatkan hikmah tsb dgn TAKE ACTION, semoga financial freedom bisa tercapai dalam 5 tahun mendatang....

Bila Anda bermurah hati, artikel ini bisa dikutip utk disharing keberbagai pihak. SEmoga bermanfaat bagi kita semua. Semoga kisah Starbucks2 lain bermunculan di bumi Indonesia dalam 5 tahun mendatang....
THINK OUT OF THE BOX.
Lalu "TAKE ACTION"..

Quoting from Marketing Community
From Felix Jordan

[+/-] Selengkapnya...

Monday, August 6, 2007

SELAMAT BERKAT TABUNGAN PENDIDIKAN

SELAMAT BERKAT TABUNGAN PENDIDIKAN
Oleh: Safir Senduk
(
www.perencanakeuangan.com)
Dikutip dari
Tabloid NOVA No. 940/XVIII

Tahun ajaran baru memang masih beberapa bulan lagi. Tetapi mulai bulan ini para orangtua sudah mulai putar otak untuk menyiasati biaya sekolah yang kian mencekik leher. Ya, tidak dapat dimungkiri bahwa biaya pendidikan dari tahun ke tahun selalu naik. Dan asal tahu saja, untuk sekolah-sekolah tertentu biaya tersebut bisa naik sampai 20 persen per tahunnya. Padahal boro-boro gaji bisa naik setinggi itu, ya. Tak heran jika kita rela menempuh segala cara agar biaya pendidikan putra-putri tercinta tetap bisa terpenuhi meski dengan gaji pas-pasan. Cara yang banyak ditempuh adalah membobol tabungan, menggadaikan barang, pinjam ke keluarga atau instansi, bahkan sampai harus jual barang.

Sebetulnya, biaya pendidikan anak-anak adalah jenis biaya yang sudah bisa diperkirakan sejak jauh-jauh hari. Lantas, mengapa kita tidak menabung saja di tabungan khusus pendidikan, agar ketika saat membayar uang sekolah tiba, kita tidak perlu lagi mengutak-atik pos pengeluaran yang lain?
Tabungan pendidikan adalah salah satu jenis produk perbankan yang biasa disebut dengan jenis tabungan berjangka. Kenapa disebut berjangka? Karena pada tabungan jenis ini terdapat jangka waktu yang membatasi kita untuk tidak dapat mempergunakan dana kita sebelum jangka waktu tersebut tercapai. Misalnya kalau kita merencanakan dan berkomitmen untuk menabung selama 5 tahun, maka selama waktu itu pula kita tidak boleh mengambilnya.

MENGAPA PERLU?
Seperti diuraikan di atas, produk tabungan ini adalah salah satu produk tabungan yang memiliki tujuan yaitu untuk mempersiapkan biaya pendidikan. Tapi kenapa kita enggak pakai tabungan sendiri saja? Hal-hal berikut mungkin dapat menjelaskan.

Kemudahan
Tabungan pendidikan biasanya merupakan produk tambahan dari rekening tabungan utama. Sehingga setoran tabungan tersebut tidak berdasarkan pemindahan atau setoran yang Anda lakukan tetapi secara otomatis akan didebit/dipindahkan dari rekening Anda ke rekening tabungan pendidikan.

Disiplin

Kelebihan lain jika Anda memilih produk ini daripada menabung sendiri adalah Anda mau tidak mau "terpaksa" disiplin atas komitmen Anda. Mengapa begitu? Karena biasanya bila Anda gagal didebit pada bulan tertentu maka rekening Anda akan dikenai denda. Jadi jangan sampai enggak ada uang untuk di debit. Lebih disiplin, 'kan, dibandingkan jika menabung sendiri?

Bunga lebih tinggi dan tanpa biaya
Berbeda dari jenis tabungan lainnya, biasanya tabungan pendidikan memiliki bunga yang relatif lebih tinggi dari tabungan biasa, bahkan beberapa bank menawarkan bunga yang fixed, atau tetap, tiap tahunnya. Apa sih kelebihan bunga tetap ini? Salah satunya adalah Anda memiliki kepastian atas jumlah yang Anda dapatkan kelak.

Satu lagi, tabungan pendidikan tidak mengenal adanya biaya. Jadi di sini Anda tidak akan mengenal adanya biaya administrasi, apalagi ATM. Sebab tujuan tabungan ini sudah jelas untuk investasi bukan konsumsi, jadi ATM tidak diperlukan.

Penarikan sesuai kebutuhan

Karena tujuannya untuk biaya pendidikan, lucu dong, ya, kalau pas dibutuhkan kita tidak bisa menggunakan. Makanya biasanya tabungan ini memberikan kemudahan bagi pemiliknya untuk menarik dananya sesuai dengan yang ditentukan pada waktu dibutuhkan yaitu disesuaikan dengan tahun-tahun anak masuk sekolah.

Ada Asuransinya
Bukan hal baru lagi bahwa tabungan pendidikan memiliki tambahan manfaat berupa asuransi. Baik itu asuransi atas orangtua sebagai tertanggung dan sang anak sebagai yang ditanggung. Jadi kalaupun sesuatu hal terjadi pada kita, tidak usah takut tabungannya tak terbayar, karena pihak asuransi yang membayarkannya.

Memang benar, dengan tingkat bunga yang ditawarkan, kadangkala kita akan merasa bahwa uang yang ditabung tersebut sepertinya tidak bakal cukup untuk biaya kuliahnya. Tapi ingat, minimal kita sudah punya sebagian dana tersebut. Jadi kalaupun harus pinjam untuk tambahannya, kita tak perlu pinjam dalam jumlah besar, bukan?


Salam.
Safir Senduk
Perencana Keuangan

[InTips Keuangan]

[+/-] Selengkapnya...

LANJUTKAN KULIAH S2 ATAU BELI RUMAH

LANJUTKAN KULIAH ATAU BELI RUMAH
Oleh: Ahmad Gozali
perencanakeuangan.com
Dikutip dari Harian Republika, Maret 2007

Assalamualaikum wr wb
Pak Gozali, Saya (27 tahun) adalah karyawan sebuah sebuah perusahaan swasta. Saya punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2. Saat ini, saya memiliki tabungan senilai kurang lebih Rp 40 juta. Untuk Bapak ketahui, saya ingin melanjutkan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan karier, sekaligus pula menambah ilmu. Namun, pada saat yang sama, saya juga ingin punya rumah Pak. Kira-kira, mana yang harus saya dahulukan, sekolah atau rumah?
Rahadi, Jakarta


Jawaban:
Waalaikumssalam wr wb
Mas Rahadi, Keinginan Anda untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya acungi jempol. Sebab, saat ini sangat jarang orang yang mau menimba ilmu lagi. Mereka lebih mementingkan untuk mendapatkan uang agar dapat mempersiapkan kehidupan yang layak di kemudian hari tentunya.

Masalahnya, kadang-kadang kita memang harus realistis. Artinya, mungkin saja pada saat ini kita sudah berkeluarga. Ada istri dan anak lagi. Atau, bisa juga kita mungkin masih lajang, tapi sudah memerlukan tempat tinggal yang permanen. Dalam hal ini, tentu saja bentuk yang paling tepat adalah rumah sendiri. Ya nggak?

Di lain sisi, meningkatkan kualitas keilmuan memang diperlukan. Apalagi kalau itu mungkin menyangkut karier. Artinya, kalau Anda hanya ingin berwirausaha tentunya pendidikan S2 atau magister mungkin tidak mutlak sekali ya. Tapi, lain ceritanya kalau Anda saat ini bekerja pada sebuah perusahaan sebagai karyawan, biasanya akan cukup besar pengaruhnya pada jenjang karier.

Nah, menariknya, tidak setiap dari kita itu bisa punya simpanan uang yang cukup besar. Apalagi kalau Anda bilang bahwa Anda adalah karyawan. Seorang karyawan yang setiap bulan mendapatkan penghasilan, katakanlah Rp 2 juta s/d Rp 4 juta, mungkin jarang yang bisa punya dana sebesar Rp 40 juta seperti yang Anda miliki sekarang kalau tidak mencari tambahan di luar pekerjaan utama atau karena memang Anda sudah biasa menabung dari kecil.

Jadi, mumpung Anda punya uang sebesar itu, kenapa Anda tidak membeli rumah saja dulu. Mengapa? Ini karena dengan adanya rumah, istri dan anak Anda, bisa punya ketenangan batin. Kalaupun Anda masih lajang sekalipun, Anda juga tetap akan punya ketenangan batin karena toh kalau nanti Anda menikah, Anda sudah punya rumah tinggal untuk mereka.

Tapi kalau Anda menggunakan uang itu untuk mengambil gelar magister, Anda jelas masih harus menabung lagi untuk membeli rumah yang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan harga sangat tinggi, jauh melebihi kenaikan biaya kuliah. Dan lagi, kalaupun Anda punya rumah terlebih dahulu, saya yakin, Anda masih tetap bisa melanjutkan kuliah pada usia berapapun kan? Saya sering sekali melihat peserta kuliah pada jenjang magister yang umurnya bahkan lebih dari 40 tahun.

Artinya, tak ada kata terlambat untuk belajar. Yang ada, terlambat untuk beli rumah, karena kenaikan harga rumah setiap tahunnya seringkali jauh melebihi kenaikan penghasilan kita setiap tahunnya. Dan lagi, berbuat baik untuk istri dan anak Anda dengan terlebih dahulu memikirkan kepentingan mereka dengan membelikan mereka rumah saya pikir jauh lebih baik daripada terlebih dahulu memikirkan kepentingan Anda sebagai pribadi. Bukankah begitu? Semoga bermanfaat.

Salam,
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan


[InTips Keuangan]

[+/-] Selengkapnya...

 
davitblog awaspinter topkabar awasgila Baccalah

© 2007 INfo dan TIPS Keuangan: August 2007 | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik